Mengenai hubungan disiplin, sistem dan kepemimpinan. Saya tidak memiliki data penelitian yang memperlihatkan korelasi antara disiplin dengan sistem dan kepemimpinan. Pandangan yang ada datang dari gabungan studi mengenai kepemimpinan, sistem dan manusia serta pengamatan bekerja dengan demikian banyak organisasi. Sebagai contoh dari pentingnya sistem dan kepemimpinan dalam menciptakan disiplin pegawai adalah pendidikan militer. Para taruna yang baru bergabung mengikuti pendidikan militer umumnya mengalami kesulitan beradaptasi dengan gaya hidup penuh di disiplin di dunia militer, misalnya makan, minum, mandi bekerja dll yang serba teratur. Namun kebiasaan lama ini dapat berubah setelah 3-4 bulan dilatih di dalam institusi, dimana mereka hidup dengan penuh disiplin. Apa yang terjadi?
Di dalam organisasi militer, ada peraturan-peraturan dan sistem yang mengatur dan membentuk kehidupan para taruna. Namun aturan-aturan ini bisa saja tidak diikuti bila tidak ada yang menjaga dan mendorong agar peraturan tersebut diikuti. Hal ini umumnya dilakukan oleh komandan atau pimpinan tim. Demikian juga sebaliknya, bila ada pimpinan tim, namun tidak ada aturan atau sistem yang jelas, maka aturan yang ada akan sangat tergantung pada keputusan pimpinan. Pimpinan berganti, aturan pun bisa berganti.
Organisasi non-militer jelas berbeda dengan organisasi militer. Tidak akan mudah menerapkan disiplin militer ke dalam kehidupan organisasi non-militer karena hubungan antara karyawan (taruna) dengan organisasi juga berbeda, namun esensinya sama.
Penentuan alat-ukur ”disiplin” akan tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Yang penting alat-ukur ini cukup spesifik, relatif mudah terukur, relatif mudah dicapai targetnya, berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Prinsip SMART (Specific, Measurable, Achieavable, Relevant, Time-bound) dalam pembuatan performance indicator dapat digunakan disini.
Kalau misalnya disiplin yang ingin ditanamkan adalah ”Ketepatan waktu datang ke kantor/pabrik”, maka alat-ukur (KPI)nya bisa, misalnya, ”Rata-rata jumlah keterlambatan per bulan (atau per hari)”.
Kalau disiplin yang ingin ditanamkan adalah, ”Lingkungan bebas rokok”, maka alat-ukur keberhasilannya, misalnya ”Jumlah kejadian dimana ada yang merokok di dalam ruangan bebas rokok per bulan” dan seterusnya.
Kita dapat berkreatifitas di dalam hal ini. Yang penting, perlu diingat bahwa alat-ukur ini tidak akan berguna bila tidak ada yang mendorong atau menjaganya untuk digunakan.
Sumber : Dari berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar